Hosting Murah
Hosting Murah

Mengapa Station Wagon Volvo Kurang Populer?

volvo station wagon




Volvo Station Wagon: Mengapa Kurang Populer di Indonesia?

Mendengar kata Volvo station wagon rasanya kurang akrab di telinga bagi sebagian orang, walaupun di mata car enthusiast mobil ini tetaplah seksi. Bisa dibilang mobil berjenis station wagon di Indonesia menjadi salah satu incaran karena dinilai memiliki kuantitas penjualan yang sedikit. Jika dibandingkan dengan merek Eropa lain, nama Volvo station wagon memang lebih jarang terdengar dan terlihat. Padahal jika menyebut kata station wagon, rata-rata para car enthusiast akan lebih mengingat beberapa merek seperti Mercedes-Benz dan juga BMW.

Alasan Volvo Station Wagon Kurang Populer Lalu, kenapa station wagon Volvo ini lebih terlupakan, ya? Apa yang membuatnya kurang populer di Tanah Air? Ternyata ada beberapa hal yang membuat station wagon Volvo ini terkesan ‘dijauhi’ oleh sebagian orang.

Biaya Perawatan Volvo Station Wagon Mahal

Menurut Aldi Prihaditama selaku penggemar dan pecinta mobil tua membeberkan alasan mengapa Volvo wagon ini sebaiknya dihindari orang awam. Alasan pertama yakni biaya perawatan yang terbilang cukup mahal untuk bisa membuat mobil tersebut bisa tetap berseliweran di jalanan. Ia menggambarkan salah satu Volvo station wagon yang cukup banyak dijumpai di Indonesia adalah seri 9 dan juga V70. Setiap tipe ini memiliki kesulitan tersendiri dalam perawatan, mengingat kedua mobil ini sudah berusia lebih dari 20 tahun.

“Misalnya Volvo seri 9. Itu di Indonesia cuma ada varian mesin B230GT yang mana biasanya turbo sudah rembes,” ujarnya kepada kami, Rabu (20/3/2024). Untuk melakukan penggantian turbo yang rembes dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebagai gambaran, harga untuk selang turbo orisinil bisa mencapai Rp4 jutaan. Sedangkan untuk seperangkat turbo dengan part number (PN) orisinil bisa mencapai Rp14 jutaan atau lebih.

Sulit Diakali

Melanjutkan perbincangan seputar turbo yang rembes tadi, pria yang akrab disapa Didot ini mengatakan akan sulit untuk mengakali kerusakan. “Misalnya turbo rembes, mau diganti turbo punya mobil lain? Siap bikin downpipe baru? Dihitung gak bagaimana boost yang keluar?,” katanya.

Jika sang pemilik tetap memaksa mengganti turbo dengan merek lain, ia hanya berpesan apakah bengkel yang mengerjakan bisa memastikan ini berjalan lancar. “Misal disamakan turbo yang boost-nya mendekati. Bisa tahu mulai masuk boost di rpm berapa, ada yang bisa hitung nggak,” lanjutnya.

Harga Komponen Mahal

Salah satu mobil station wagon Volvo yang cukup banyak jadi incaran adalah tipe V70. Menurut Didot, harga komponen mesin V70 ini terbilang mahal. V70 ini termasuk ke dalam mobil Volvo yang menggendong mesin berkonfigurasi 5 silinder dan masuk ke dalam keluarga mesin white block. Urusan onderdil mesin dari mobil ini dinilai tidak main-main dan cenderung membahayakan finansial.

“Turun mesin misal anggap blok mesin dan cylinder head masih bisa dipakai. Ganti ring seher, metal-metal, seal klep, bos klep, paking set ini totalnya bisa Rp15 jutaan,” terang Didot. Harga komponen V70 yang masuk ke dalam kategori mahal yakni laher roda lantaran tidak bisa menggunakan dari jenis Volvo atau mobil lain. Engine mounting yang menempel pada sisi firewall juga dinilai cukup menguras kantong, atau mahal.

Faktor Peminat Station Wagon Volvo Semakin Sedikit

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan peminat station wagon merek Volvo semakin sedikit: Bengkel Spesialis Semakin Sedikit Memelihara sebuah Volvo station wagon dinilai membutuhkan banyak pengorbanan dan kesabaran, terutama bagi mereka yang awam. Sebab bengkel spesialis Volvo yang bisa ditemui saat ini sudah semakin sedikit. Hal ini diamini pula oleh Didot.

“Spesialis Volvo juga makin sedikit, yang jago biasanya sudah banyak yang pensiun atau tutup usia,” beber pria yang juga menjadi jurnalis otomotif. Jika ada bengkel spesialis yang masih bertahan, biasanya mekaniknya sudah berusia sepuh atau sangat senior. Ketika diminta untuk melakukan perbaikan Volvo tahun muda, salah satu kendalanya adalah perbedaan teknologi dan mata yang sudah tidak awas lagi.

“Itu banyak ditemui kok, biasa kendalanya perbedaan teknologi. Banyak mekanik senior yang matanya sudah pada burem kalau disuruh lihat kabel hehehe,” candanya.

Berbeda dengan merek seperti Mercedes-Benz dan BMW yang bengkel spesialisnya kian menjamur di berbagai daerah. Sehingga untuk melakukan perawatan dinilai sangat mudah dan tidak terlalu susah bagi mereka yang awam.

Komponen Interior Ringkih

Anda yang hendak membeli Volvo station wagon harus siap dengan masalah interior yang terkenal ringkih. Umumnya bagian interior yang cepat rusak terjadi di bagian plastik fascia panel, cluster panel, hingga jok yang retak-retak. Didot menjelaskan interior Volvo ini tidak cocok dengan iklim tropis seperti di Indonesia, sehingga panel-panelnya banyak mengalami kerusakan.

“Itu cuma terjadi di negara tropis, di negara sub-tropis jarang pecah. Kalau di Eropa sih gak ada yang pecah-pecah seperti di sini, tuh,” tegasnya. Sebisa mungkin Anda yang akan mulai bermain Volvo agar bisa memiliki rasa toleransi tinggi terhadap kualitas interior mobil Swedia ini.

Ibaratnya sih, konsumen Indonesia saja yang belum bisa mengerti kualitas interior dari Volvo menurut candaan Didot.

Station Wagon Volvo Identik Mobil Jenazah Di luar dari problematika tersebut, Didot memberikan benang merah mengapa Volvo station wagon ini dulu tidak populer. Pada era 1980-an hingga 1990-an, mobil station wagon sejatinya banyak difungsikan sebagai mobil pengantaran jenazah. Terbatasnya literatur untuk mencari perbedaan antara station wagon dengan hearse (mobil jenazah) membuat banyak orang di era tersebut sulit membedakan. Mobil dengan atap panjang identik dengan kendaraan jenazah, sehingga station wagon kurang populer di Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa mobil station wagon di era tersebut tidak banyak dijual secara resmi di Indonesia.

Sejarah Station Wagon di Beberapa Negara

Jika melihat secara garis besar menurut sejarah, station wagon sudah ada sejak tahun 1910-an dengan fungsi utama untuk membawa barang.

Jerman Dalam laman Wikipedia, Jerman menjadi pasar station wagon terbesar di dunia dengan 600 hingga 700 ribu kendaraan terjual tiap tahunnya. Kendaraan beratap panjang di Jerman ini sudah ada sejak tahun 1961 ketika Volkswagen memperkenalkan Varian, mobil dua pintu dari Volkswagen Type 3.

Prancis Sementara di Prancis station wagon lebih dikenal dengan nama Break. Mobil wagon pertama yang diproduksi oleh pabrikan Prancis adalah Citroen Traction Avant Familiale pada 1935. Citroen DS Break 1970 tampak samping Kemudian di tahun 1950 Peugeot merilis 203.

Swedia Kemudian di Swedia, station wagon pertama yang diproduksi adalah Volvo Duett yang diperkenalkan pada tahun 1953. Duett mengambil basis dari Volvo PV544 yang ditujukan sebagai kendaraan dengan fungsi ganda, pengangkut barang dan orang.

Jepang Tren kendaraan beratap panjang ini lalu tiba di Jepang. Isuzu Bellel menjadi wagon pertama yang diproduksi di negara ini pada tahun 1961. Suksesnya mobil jenis ini membuat beberapa pabrikan seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, hingga Mazda ikut serta dalam melahirkan wagon.

Korea Selatan Hyundai menjadi pabrikan Korea Selatan pertama yang memproduksi wagon pada tahun 1995 lewat Avante Touring atau Lantra Sportswagon. Kemudian lahir beberapa wagon seperti Kia Pride dan Nubira buatan Daewoo Motors.

Australia Lalu di Australia station wagon sudah populer sejak tahun 1957 lewat Holden FE dan Ford Falcon XK yang diperkenalkan pada 1960.

Kesimpulan

Untuk bisa memelihara seekor Volvo station wagon dibutuhkan pengorbanan dan biaya yang tidak sedikit sebagai gambaran menyeluruh. Selain itu tantangan mendapatkan suku cadang dan mencari bengkel berkualitas juga menjadi hal yang cukup sulit. Jadi, masih tertarik berburu mobil beratap panjang ini?

Penulis: Rizen Panji Editor: Dimas

Download Aplikasi ZukuNftNarrative untuk Dapatkan Deretan Mobil Baru & Bekas Terbaik serta Informasi Otomotif Terkini!


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *