Hosting Murah
Hosting Murah

Pakubuwono X dan Kereta Hantu dari Jerman

Siapa yang bisa mengira bahwa mobil pertama di Indonesia sudah ada sejak tahun 1894, atau 129 tahun yang lalu. Meskipun sudah lebih dari satu abad berlalu, masih banyak orang yang tidak tahu tentang sejarah mobil pertama di Indonesia ini. Hal ini disebabkan oleh simpang siur informasi yang beredar sejak zaman dahulu hingga sekarang. Tidak heran jika ada beberapa versi yang menceritakan tentang sejarah mobil pertama di Tanah Air ini. Kami mencoba menyaring informasi yang dapat diketahui oleh banyak orang di Indonesia. Tujuannya adalah agar kita tidak melupakan sejarah bangsa, terutama dalam bidang otomotif.

Mobil pertama di Indonesia ternyata berada di Pulau Jawa. Menurut berbagai informasi, Pakubuwono X atau Raja Kasunanan Surakarta adalah pemilik mobil pertama tersebut. Pria yang memiliki gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X ini membeli mobil bermerek Benz. Mobil tersebut adalah Benz Viktoria Phaeton atau Patent-Motorwagen Viktoria yang dibeli dengan harga 10.000 gulden, yang pada saat itu sangat mahal. Salah satu mobil Benz pertama yang dibawa ke Pulau Jawa saat pendudukan Hindia Belanda di Indonesia sekitar tahun 1902. Benz Phaeton sendiri pertama kali dirilis di Jerman pada tahun 1886 dan dianggap sebagai mobil pertama di dunia menurut berbagai sumber. Singkat cerita, Pakubuwono X tertarik dengan mobil ini dan akhirnya pada tahun 1894 mobil tersebut tiba di Kota Solo, Jawa Tengah. Kehadiran Benz Victoria Phaeton di Indonesia bahkan lebih awal dari Belanda yang baru mendapatkan mobil pada tahun 1896. Nama Pakubuwono X juga tercatat sebagai salah satu tokoh pertama di dunia yang memiliki mobil. Hal ini dikarenakan Pakubuwono X adalah Raja Surakarta yang paling berpengaruh sepanjang masa.

Pada masa itu, kereta kuda lebih populer sebagai alat transportasi daripada mobil. Teknologi otomotif masih sangat asing bagi masyarakat pada saat itu. Bahkan, banyak yang menyebut mobil sebagai ‘de duivelswagen’ yang artinya kereta iblis.

Sebagian besar transportasi darat pada abad ke-19 berupa gerobak yang ditarik oleh kuda atau dikenal sebagai kereta. Oleh karena itu, ketika Benz Victoria Phaeton masuk ke Indonesia tanpa menggunakan kuda sebagai sumber tenaga, mobil ini dianggap unik. Banyak orang di Jawa menyebutnya Kereta Setan. Julukan ini diberikan karena pada saat itu masyarakat tidak melihat adanya kuda yang menarik kereta.

Terdapat dua versi cerita yang beredar luas mengenai cara mobil ini masuk ke Indonesia. Versi pertama adalah melalui Pröttle & Co, yang mengurus pemesanan dan pengiriman mobil tersebut hingga diterima oleh Pakubuwono X. Pakubuwono X dikabarkan memesan mobil tersebut langsung ke Pröttle & Co untuk mengimpor Benz Phaeton ke Indonesia. Pröttle & Co sendiri adalah perusahaan yang terkenal sebagai importir di Pasar Besar, Surabaya, Jawa Timur.

Versi kedua menceritakan bahwa Pakubuwono X mendapatkan mobil pertama di Indonesia dengan bantuan John C Peter. John C Peter membantu mengurus semua dokumen dan pembayaran agar mobil bisa diterima di Jawa Tengah dari Jerman. John C Peter sendiri adalah penjual mobil pertama di Indonesia dan menjadi kepala pabrik gula di Probolinggo, Jawa Timur. Tujuan dari pembelian mobil ini adalah untuk memudahkan perjalanan dan menghemat waktu. Jika masih mengandalkan kereta kuda, waktu perjalanan akan lebih lama.

Tidak puas hanya memiliki satu kendaraan, 13 tahun setelah mobil pertama tiba, Pakubuwono X memesan kendaraan baru dari Jerman pada tahun 1907. Kendaraan tersebut bernama Britze Daimler dan menjadi mobil Daimler pertama yang hadir di Indonesia. Tenaga mobil Britze Daimler berasal dari mesin 4 silinder berkekuatan 5 Hp, yang sangat cepat untuk ukuran waktu itu.

Setelah mengimpor mobil Benz Victoria Phaeton untuk Pakubuwono X, Pröttle & Co juga tertarik untuk memiliki mobil. Pada tahun 1897, AH Prottle, pemilik perusahaan Pröttle & Co, memutuskan untuk membeli mobil yang sama dengan milik Pakubuwono X. Hal ini menyebabkan AH Prottle mendirikan perusahaan baru di bidang niaga otomotif dengan nama H O’Horne dan Jan Spijker. Selanjutnya, H O’Horne menjalin kerja sama dengan perusahaan NV Velodrome di Semarang untuk mengimpor merek De Dion Bouton. Bisnis baru ini semakin berkembang dan membuat Prottle memasukkan lebih banyak merek mobil ke Indonesia. Karena itulah, di Indonesia ada berbagai merek dan jenis mobil yang dijual secara resmi pada era 1930 hingga 1950-an.

Mobil pertama di Indonesia dikabarkan hilang ke Belanda pada tahun 1920-an. Mobil bersejarah ini terakhir kali terlihat pada tahun 1927 ketika dikirimkan dari Semarang ke Belanda untuk dipamerkan. Sejak saat itu, mobil pertama di Indonesia ini tidak pernah terlihat lagi dan tidak pernah kembali ke Tanah Air. Namun sekarang keberadaan mobil ini sudah terungkap karena mobil tersebut berada di Museum Louwman di Belanda. Kepala Museum Nasional Indonesia mengatakan bahwa mobil tersebut sebenarnya akan dikirimkan ke Jerman untuk diperbaiki pada tahun 1920-an. Namun, terjadinya Perang Dunia II menyebabkan kekacauan di berbagai tempat, sehingga keberadaan mobil ini tidak diketahui sejak dikirimkan dari Semarang. Saat ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri masih berusaha untuk memulangkan mobil pertama di Indonesia ini.

Pakubuwono X dikenal sebagai orang yang bijaksana dan kaya karena memiliki naluri dagang yang tinggi. Ia naik tahta pada tanggal 30 Maret 1893 dan dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia karena peran aktifnya dalam perjuangan nasional. Sebagai Raja Surakarta, ia memimpin pembangunan sosial-ekonomi dan pendidikan rakyat Kota Surakarta. Ia juga memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas, materi, keuangan, dan pembentukan moral. Pakubuwono X juga terlibat dalam pergerakan Boedi Oetomo dan pendirian Sarekat Dagang Islam.

Artikel ini mengisahkan tentang mobil pertama di Indonesia yang dimiliki oleh Pakubuwono X, Raja Kasunanan Surakarta. Mobil tersebut adalah Benz Victoria Phaeton yang dibeli pada tahun 1894. Terdapat dua versi cerita mengenai bagaimana mobil ini masuk ke Indonesia, yaitu melal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *